Tentang Keresahan

Entah sejak kapan saya sudah terobsesi dengan keberadaanmu, yang pasti sudah cukup lama barangkali dua bulan. Perasan kalut, perasaan berdebar-debar, perasaan cemas akut, disetiap saat yang bisa menerpa kapanpun. Sebelum dua bulan sekarang ini biasanya hati saya tenang, masih memikirkanmu tapi tidak seresah ini. Hal ini persis perasaan yang dialami oleh saya pada bulan January, Februari, Maret, April dan Mei 2020. Bulan-bulan berikutnya saya dapat menjalani dengan hati dan pikiran yang lapang saya mencoba menerima keadaan itu, namun bukan disebabkan atas keterpaksaan melainkan saya mencoba ikhlas dan tawakal. Di satu sisi, keadaan yang tidak memungkinan untuk berjumpa, saat itu pandemi memang sedang puncak-puncaknya. Di sisi lain, saya tidak mau menyiksa diri ini secara terus menerus yang terkadang cukup menyiksa diri saya. Dan, perasaan resah berdebar-debar itu kian datang lagi sama persis seperti tahun awal pada 2020 lalu, Tak usah khawatir, saya kini dalam keadaan sehat, pun demikian kamu.

Alasan saya menulis semua ini hanya untuk mengatakan apa yang tidak mampu saya sampaikan secara langsung dihadapanmu, selain itu juga untuk mengenang kita yang pernah singgah selama dua tahun tepat bulan ini. Kamu merupakan manusia hebat yang pernah menjadi favorit saya, yang bahagianya pernah menjadi prioritas hidup saya, yang pernah membuat banyak kenangan manis bersama saya, dan yang saya sayangi hingga detik ini meskipun semuanya telah berantakan. Sangat sulit mengembalikan keadaannya, semoga Tuhan masih memperkenankan hubungan kita sampai ke dalam perkelaminan, amin.

Jika kamu membaca tulisan ini, aku hanya ingin kamu tahu. karena kamulah, aku mengalami jatuh cinta yang benar-benar saya rasakan sebelum kehadiranmu, rasanya salah tingkah, rasanya jatuh cinta berkali-kali, rasanya berjuang, rasanya kecewa, rasanya patah hati, rasanya terluka, rasanya cemburu, rasanya diabaikan, dan rasanya ditinggalkan.

Kamu, wanita termanis dan paling mengesankan yang pernah ada yang pernah singgah di hidupku.

Sebenernya tidak ada maksud apapun menulis hal-hal yang jauh dari kata penting seperti ini. Saya menulis ini karena sudah meluap akut di dalam kepala. Namun, bukan itu alasan utamanya, alasan utama saya memutuskan untuk menuliskannya di sini, jika sewaktu-waktu perasaan saya dihapus oleh waktu, saya masih bisa mengenang bahwa saya pernah mencintaimu sedalam ini.

Sebenarnya saya ingin menyebutkan banyak hal di sini mengenai awal mengenal lalu disusul awal berjumpa hingga ditutup dengan terakhir kali bertemu. Akan tetapi, saya tak mampu, saya enggan menyebutkan semua hal itu di sini, juga akan saya ubah untuk menjaga privasiku baik privasimu. Biarlah 'kan menjadi rahasia dan privasi bagi kita.

Kamu merupakan seseorang yang saya temui beberapa tahun lalu tetapi ternyata Tuhan belum mengijinkan kami untuk bersemi kembali dalam waktu dekat. Saya merasa masih bersamamu. Namun, saya masih percaya keajaiban itu akan datang menghampiri kita. Atau mungkin pada akhirnya nanti, saya dan dia hanya menjadi dua orang asing? Dengan berjuta kenangan manis yang hingga kapanpun akan tetap menjadi kenangan seumur hidupku!

Atau memang seharusnya seperti itu?

Apakah saya dan dia memang seharusnya tidak saling bertemu lagi tetapi berani-beraninya melawan takdir Tuhan? Sulit rasanya menerima kenyataan jika kita tidak bersama-sama lagi.

O, biarlah waktu yang 'kan menjawab...



Comments

Popular Posts