Pikiran Random
Saya sedang tengah menjelang kelulusan SD ketika mereka berpisah.
Kedua orang tua saya.
Saya tahu mereka sudah tidak akrab. Pisah kamar cukup lama. Kami tidak lagi pernah makan siang atau makan malam bersama pada satu meja. Padahal dulu itu seperti sebuah kewajiban. Tidak sopan kalau tidak makan di meja makan bersama. Saya melihat melonggarnya Ibu dan Ayah. Bersamaan dengan menurunnya kemampuan ekonomi mereka.
Saya masih ingat sekali kejadian itu, suatu waktu terjadi, celengan saya dibongkar Ibu untuk belanja ke pasar karena tak ada uang, rumah mulai kosong dan Ibu mulai beli makanan dari luar, kami tidak lagi pernah jalan-jalan. Bahkan rumah besar itu mulai terasa mencekam.
Tapi Ibu tidak pernah pergi.
Ibu tetap bersama kami.
Hingga akhirnya, suatu hari Ayah membuka omongan bahwa mereka akan bercerai dan Ibu mau anak-anak bersama Ibu.
Bagi saya, rasanya aneh dan janggal sekali melihat mereka bercerai. Karena saya tidak benci keduanya.
Terkecuali, jikapun saya benci salah satu dari mereka, perceraian akan lebih masuk akal dan bahkan dinanti. Tapi saya tidak benci keduanya, saya bahkan sayang keduanya. Oleh sebab itu, saya selalu bingung harus bagaimana bersikap.
Ketika bersama Ibu, Ibu selalu marah-marah mengenai Ayah. Ketika bersama Ayah, Ayah yang marah-marah mengenai Ibu.
Berdiri di tengah-tengah orang yang saya sayangi akan tetapi mereka saling membenci, adalah perasaan yang hingga hari ini tidak saya sukai.
Ini, saya yakini, jadi alasan mengapa Persatuan adalah isu yang sangat melekat dengan diri saya.
Comments
Post a Comment